PANTAUBALI.COM – Istilah ‘jam koma’ tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial, terutama di platform TikTok dan X. Banyak yang menghubungkannya dengan momen ketika seseorang merasa sangat kelelahan secara mental hingga sulit berkonsentrasi.
Dalam kondisi ini, seseorang cenderung melamun, sulit berpikir jernih, tidak responsif saat berbicara, dan sering melakukan kesalahan kecil seperti typo. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan ‘jam koma’?
Menurut Taufiq Pasiak, seorang ahli neuroscience sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta, istilah ‘jam koma’ merujuk pada kondisi kelelahan otak atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘brain fatigue’ atau ‘cognitive fatigue’. Secara sederhana, ini adalah keadaan di mana otak terlalu lelah akibat aktivitas berlebihan tanpa istirahat yang cukup.
“Otak, seperti organ lainnya, bisa mengalami kelelahan jika digunakan secara terus-menerus tanpa jeda,” jelas Taufiq. Kelelahan otak ini bisa mengakibatkan gangguan kognitif, di mana kemampuan otak untuk berfungsi optimal menurun drastis. Gejalanya beragam, mulai dari gangguan konsentrasi ringan hingga kesulitan dalam mengambil keputusan.
Kondisi ini sering kali ditandai dengan sulitnya seseorang untuk fokus dalam percakapan atau aktivitas tertentu. “Saat mengalami jam koma, seseorang mungkin terlihat melamun atau tidak merespons saat diajak berbicara,” tambah Taufiq.
Selain itu, jam koma juga dapat berdampak lebih jauh pada kesehatan, seperti mudah lelah, gangguan tidur, serta kesulitan dalam mengelola emosi. Dalam kasus yang lebih serius, kelelahan mental ini bahkan bisa memicu masalah kesehatan mental seperti stres berkepanjangan hingga depresi.
“Jam koma ini sebenarnya merupakan tanda bahwa otak butuh istirahat. Jika tidak diatasi, bisa berdampak serius pada kesehatan mental,” tutup Taufiq.
Memahami fenomena ini, kita diharapkan lebih bijak dalam mengatur waktu kerja dan istirahat demi menjaga kesehatan mental dan performa otak tetap optimal. (sm)