PANTAUBALI.COM,DENPASAR – Bawakan cerita ‘Dempu Awang’, Sanggar Titi Bah, Banjar Teguan, Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, dalam penampilan arja klasik sebagai duta Kabupaten Badung di PKB ke-46 Art Center Bali, Kamis (4/7/2024).
Dalam pementasan ini melibatkan sebanyak 26 orang seniman, yakni empat belas orang penari dan dua belas orang penabuh, yang disiapkan selama enam bulan untuk mementaskan Dempu Awang ini.
Dempu Awang merupakan cerita yang mengisahkan tentang Pangeran Kerajaan Kahuripan Raden Mantri, yang mendapat pawisik dari sebuah mimpi, yang mengatakan akan ada kerajaan yang diibaratkan dengan bunga cempaka, dan saat itu dia akan berubah menjadi monyet yang bernama Dempu Awang serta akan bertemu jodohnya.
Setelah pencariannya dan akhirnya bertemu sebuah kerajaan bernama Daha, saat itu pula dirinya berubah menjadi seekor kera putih dan mentitahkan seorang nelayan untuk menjualnya di pasar Kerajaan Daha.
Sementara itu, secara tak sengaja Diah Agramanik dari Kerajaan Daha, meminta kepada ibu Suri, agar dicarikan seekor Kera Putih yang dapat bicara seperti manusia untuk dijadikan teman bermainnya, dan Ibu Suri menemukan Dempu Awang.
Selang waktu berlalu, mereka pun semakin akrab dan Dempu Awang semakin lancang, suatu ketika, Prabhu Metaum bermaksud meminang Raden Galuh Daha untuk dijadikan Istri. Namun setelah melihat galuh dirinya kecewa Raden Galuh bersama seekor Kera.
Lantaran kecewa, Prabhu Metaum marah dan membunuh Si Kera yang dibantu ibu Suri yang marah dan Menyeret Dempu Awang dari Kamar Raden Galuh.
Ketua Sanggar Seni Titi Bah I Gusti Made Sumadi, S.Ag menerangkan, cerita Dempu Awang ini, dikutip dari satua Bali kuno yang dikemas menjadi pertunjukan arja klasik.
“Harapan kami kedepannya agar lebih mencintai arja klasik atau pertunjukan tradisional terutama bagi generasi muda, selain untuk melestarikan, juga untuk dikembangkan kepada siapa saja,” harapnya.
Sementara itu, Kadisbud Badung Gde Eka Sudarwita menerangkan, dengan dibawakannya arja klasik, Ia mengaku sangat bangga dengan apa yang sudah disuguhkan oleh sanggar seni Titi Bah, dengan pemain muda di dalamnya.
“Dengan diimprovisasinya arja ini, membuat arja sebagai kesenian tradisi yang mulai diminati kembali dan lebih menarik serta diminati. Kami berharap, ke depan semoga bisa terus berkembang dan bisa terus digali potensinya,” harapnya.