PANTAUBALI.COM, TABANAN – Puluhan warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas IIB Tabanan berkumpul di Aula Candra Prabhawa untuk mengikuti kegiatan Layanan Therapy Strees Narapidana (Teh Rina), Kamis (13/6/2024).
Kegiatan yang digelar ini mengangkat topik ‘Stres’ dan menjadi bagian dari upaya Lapas Tabanan dalam memfasilitasi hak-hak warga binaan khususnya di bidang layanan kesehatan.
Kepala Subseksi Perawatan I Gede Komang Werdi menyatakan, layanan Teh Rina merupakan salah satu langkah Lapas Tabanan untuk mendukung kesehatan mental para WBP.
“Kami berharap dengan layanan ini dapat menjadi solusi bagi teman-teman WBP dalam mengelola kesehatan mereka khususnya kesehatan mental,” jelasnya.
Kegiatan Teh Rina menghadirkan tiga residen dari Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, yaitu dr. Angelina Tulus, dr. Rebecca, dan dr. Herman.
Penyuluhan kesehatan yang dibawakan oleh para ahli ini mencakup berbagai aspek terkait stres, mulai dari jenis-jenis stres, tanda-tanda orang stres, hingga cara penanggulangannya.
Dr. Angelina menjelaskan, stres adalah kondisi yang wajar dan dialami oleh semua orang.
Dikatakannya, stres dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu stres yang normal (eustress) dan stres yang tidak normal (distress).
“Stres tidak selalu menimbulkan dampak yang negatif. Misalnya, stres yang dikelola secara positif dapat membuat seseorang lebih berusaha dalam hidupnya. Namun, sebagian besar stres yang dialami orang-orang berdampak negatif,” katanya.
Dr. Rebecca menambahkan, jika stres tidak segera diatasi, dapat berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan gangguan jiwa seperti gangguan kecemasan atau depresi.
“Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi stres antara lain menerima diri sendiri, meredam amarah, istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, mendekatkan diri dengan Tuhan, serta meditasi,” ucapnya.
Dokter Lapas Tresnadewi menambahkan, layanan Teh Rina ini adalah upaya untuk mengurangi tingkat stres warga binaan yang mengalami tekanan berat selain harus menjalani pidana dan jauh dari keluarga.
“Tentunya dengan kehadiran residen yang merupakan tenaga profesional, kami harapkan mampu untuk mengurangi tingkat stres warga binaan baik melalui penyuluhan kesehatan maupun konseling kejiwaan,” tutupnya. (ana)