BULELENG – Pantaubali.com – Masih dalam rangkaian memberikan Pelatihan Tata Busana Payas sesuai pakem Adat dan Budaya Bali, maka kali ini Manggala Utama Paiketan Krama Istri (PAKIS) MDA Provinsi Bali Ny. Putri Koster membuka serta sekaligus memberikan sambutan pada acara Pelatihan Tata Busana Adat Payas Utama dan Payas Madya bertempat di Gedung MDA Kabupaten Buleleng, pada Senin (30/5).
Mengawali arahannya, Ny.Putri Koster menyampaikan bahwasannya dewasa ini perkembangan dan inovasi dalam tata rias maupun tata busana adat Bali mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Untuk itu pakem-pakem busana adat yang dimiliki masing masing daerah yang merupakan tradisi serta warisan nenek moyang perlu kembali ditegakkan sehingga pakem yang ada tidak ditimpa dengan keinginan kita untuk melakukan inovasi ataupun modifikasi.
Untuk itu, wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri ini menekankan tentang pentingnya masyarakat terutama para MUA di Bali untuk melestarikan pakem-pakem payas Bali sesuai dengan karakter atau ciri khas yang dimiliki daerah asalnya masing-masing.
“Seperti contohnya di Buleleng, bagi adik-adik yang akan menikah atau menggelar upacara keagamaan harus menggunakan pakem payas Buleleng, begitu juga untuk daerah lainnya. Jadi secara tidak langsung kita sudah melestarikan tradisi dan adat masing-masing daerah,” jelasnya dalam kesempatan yang turut juga dihadiri oleh Kepala Dinas Pemajuan Desa Adat Prov Bali I Gusti Agung Ketut Kartika Jaya Seputra dan Penyarikan Madya MDA Kabupaten Buleleng Nyoman Westa.
Bunda Putri menambahkan, bahwasannya organisasi yang bergerak dalam bidang ini seperti HARPI Melati, Tiara Kusuma maupun Catalia memegang andil penting dalam upaya melestarikan pakem yang ada. Untuk itu organisasi terkait bersinergi dengan pemerintah agar duduk bersama menghasilkan pedoman yang dapat dijadikan patokan bersama dalam melakukan tata rias maupun busana adat.
Ia menambahkan, tidak masalah jika anak-anak muda menginginkan variasi payas kekinian, namun tidak elok jika itu dicampuradukkan dengan agama dan budaya.
“Jika ingin riasan yang lagi ngetrend dan kekinian silahkan, tapi itu untuk kepentingan foto saja. Jika sudah masuk ke ranah upacara agama, kita harus tunduk pada pakem yang ada,” tegasnya.
Terlebih Bunda Putri menambahkan bahwasannya Pemerintah Provinsi Bali melalui visi pembangunannya Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui pola pembangunan terencana menuju Bali era baru, telah sepenuh hati bekerja untuk melestarikan adat serta kebudayaan Bali. Terutama di ranah busana adat dengan dikeluarkannya Pergub Bali nomor 79 tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali.
Menurutnya, Pergub itu tidak hanya mengatur tentang waktu penggunaan busana adat Bali, namun juga mengatur tentang aturan berbusana yang baik dan benar.
Diakhir arahannya, pendamping orang nomor satu di Bali ini menyampaikan bahwa berbagai upaya pelestarian ini dilakukan karena ingin mengembalikan nilai-nilai Bali kepada yang seharusnya. Di sinilah menurutnya peranan PAKIS Bali bisa diharmonisasikan dengan program Pemprov Bali untuk melestarikan adat dan tradisi.
“Mari kita bersinergi dengan pemerintah dan turut mensukseskan program-program pemerintah. Karena jika bukan kita, siapa lagi yang melestarikan,” tandasnya.
Seusai membuka kegiatan Pelatihan Tata Busana Adat Payas Utama dan Payas Madya, Ny.Putri Koster beserta rombongan melanjutkan kegiatan Tresna lan Punia PAKIS Bali bertempat di Wantilan Desa Adat Banyuning dengan membagikan beras kepada 100 orang penerima bantuan yang terdiri dari para Jero mangku, pecalang, ibu hamil, balita serta difabel yang masing-masing orang mendapat 20 kg beras, Minyak Goreng 4 liter, Telur 1 krat, dan susu untuk lansia, ibu hamil serta balita.(Rilis)