KARANGASEM – Pantaubali.com – Pasikian Paiketan Krama Istri (PAKIS) Desa Adat Provinsi Bali melaksanakan aksi sosial untuk meringankan beban masyarakat korban bencana gempa bumi dan tanah longsor di dua wilayah, yaitu Kabupaten Karangasem dan Bangli, Selasa (30/11). Dalam aksi sosial kali ini, PAKIS Bali menyerahkan bantuan berupa 2,5 ton beras di dua lokasi.
Khusus untuk Kabupaten Bangli, kegiatan juga mendapat support 2 ton beras dari BPBD Provinsi Bali yang merupakan bantuan para donator. Untuk di wilayah Kabupaten Karangasem, penyerahan bantuan beras secara simbolis oleh Manggala Utama PAKIS Bali Ny. Putri Suastini Koster kepada Plt. Kalaksa BPDB Kabupaten Karangasem I Nyoman Siki Ngurah dilaksanakan di Kantor Desa Ban, Kecamatan Kubu. Sedangkan untuk wilayah Bangli, bantuan beras diterima secara simbolis oleh Kalaksa BPBD Kabupaten Bangli I Ketut Gede Wiredana disaksikan Manggala Utama PAKIS Bangli Ny. Sariasih Sedana Arta di Ruang Rapat Sekda Kabupaten Bangli.
Dalam kata sambutannya di dua lokasi penyerahan bantuan, Ny. Putri Koster menyampaikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan menjelang akhir tahun ini merupakan bentuk kepedulian PAKIS Bali terhadap krama yang tertimpa musibah. Sebab dalam program kerjanya, PAKIS Bali tak semata hanya fokus pada penguatan adat dan budaya, namun juga turut serta berperan aktif mendukung program pemerintah di bidang sosial. Ditambahkannya, bencana gempa bumi yang disusul terjadinya tanah longsor di Karangasem dan Bangli memang telah cukup lama berlalu.
Namun bukan berarti masyarakat yang menjadi korban gempa dan tanah longsor sudah pulih sepenuhnya dan tak membutuhkan lagi bantuan. Bantuan masih sangat dibutuhkan korban bencana, khususnya mereka yang kehilangan tempat tinggal.
Ny. Putri Koster berharap, bantuan sosial yang digalang dari para donator mampu meringankan beban masyarakat terdampak, terlebih pada situasi pandemi Covid-19.
“Kami turun untuk mengetahui kondisi masyarakat. Dengan rasa saling memiliki tanggung jawab meringankan beban mereka, maka setiap ujian yang menerpa akan dapat kita lalui,” ucap Ny. Putri Koster yang didampingi Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat (PMA) Provinsi Bali I GAK Kartika Jaya Seputra.
Dari laporan yang diperoleh dari BPBD setempat, krama yang kehilangan tempat tinggal saat ini masih membutuhkan uluran tangan. OPD terkait memang telah memohonkan bantuan untuk pembangunan kembali rumah mereka, tapi menurutnya itu akan membutuhkan waktu dan biaya yang tak sedikit. Oleh sebab itu, ia mengetuk hati para dermawan untuk mengulurkan tangan agar rumah korban gempa dan tanah longsor bisa segera dibangun.
Di sela-sela pelaksanaan aksi sosial ini, Ny. Putri Koster yang hadir bersama Manggala PAKIS Bali T.I.A Kusuma Wardhani dan pengurus lainnya juga menginformasikan sejumlah program dari lembaga yang dipimpinnya. Disebutkan olehnya, PAKIS Bali resmi terbentuk pada September 2020 dan tahun ini genap berusia satu tahun. Di awal pembentukannya, PAKIS Bali masih fokus pada program sosialisasi untuk menginformasikan keberadaan sayap organisasi MDA ini. Selain sosialisasi, PAKIS Bali mulai melaksanakan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan upaya penguatan adat dan budaya Bali.
Program yang telah berjalan, yaitu pelatihan etika berbusana dan tata rambut pakem Bali. Berikutnya, PAKIS Bali juga mengambil peran dalam upaya pelestarian tari sakral, satu diantaranya adalah Tari Rejang.
Menurut Ny. Putri Koster, dewasa ini terjadi euforia di tengah masyarakat yang menampilkan tarian sakral tidak sesuai dengan tempat dan fungsinya. Padahal, tarian sakral atau yang disebut juga tarian wali, hanya dapat dipentaskan di tempat terpilih. Ny. Putri Koster menyebut, belakangan Tari Rejang kerap ditarikan untuk kepentingan di luar upacara keagamaan. Padahal, Tarian Rejang adalah salah satu tarian sakral yang dipentaskan di tempat dan acara tertentu saja.
“Tarian Rejang tidak bisa dipentaskan untuk tujuan selain berhubungan dengan upacara keagamaan. Untuk itu, kita harus bangun kesadaran bersama, kita kembalikan tarian sakral ini ke pakemnya masing-masing,” ujar tokoh perempuan yang dikenal sebagai seniwati multitalenta ini.
Ny. Putri Koster menambahkan, sosialisasi di tengah masyarakat terkait keberadaan tarian sakral, harus terus dilakukan. Dengan begitu, masyarakat menjadi paham, tarian mana yang masuk dalam tarian wali, tarian bebali, dan mana pula masuk tarian balih-balihan (tontonan).
“Pakis Bali memegang peran yang sangat strategis dalam sosialisasi keberadaan tarian sakral ini. Jika ada tarian sakral yang hampir punah, kita gandeng stakeholder terkait untuk merekonstruksi kembali tarian tersebut. Mari kita perkuat, lindungi, dan jaga kelestarian tarian sakral yang ada di masing-masing desa adat,” pinta Ny. Putri Koster yang juga menjabat Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali ini. Ia berharap, PAKIS yang telah terbentuk di Kabupaten atau Kota juga melakukan hal serupa.