TABANAN – Pantaubali.com – Wianta Foundation menggelar Art Camp 2021 bertema Open Border, Senin (4/10) di kediaman maestro perupa Made Wianta (alm) di Banjar Apuan, Desa Apuan, Baturiti Tabanan.
I Gede Made Surya Darma (Lepud Art Management) selaku manager project didampingi I Kadek Dedy Sumantra Yasa, Ketua Performance Klub Bali, mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan untuk lebih menggairahkan kegiatan seni budaya di masa pandemi Covid-19, di samping untuk mengenang menjelang setahun berpulangnya Made Wianta, pelukis kenamaan asal desa setempat.
Dikatakan, pandemic Covid-19 telah melanda dunia sejak awal 2020, berpengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Namun demikian, pandemi hendaknya tidak sampai melemahkan gairah berkesenian.
‘’Semua pihak tentu merindukan pulihnya kehidupan seperti sedia kala. Sebab, hampir dua tahun masyarakat sudah beradaptasi menjalani kehidupan new normal dengan protocol kesehatan yang ketat. Untuk bisa melewati masa krisis ini, peranan semua pihak sangat diperlukan. Merespons isu tersebut, para seniman menuangkan kegelisahan estetiknya dengan melakukan kegiatan kesenian dengan tema “Open Border”,’’ ujar Surya Darma yang perupa ini.
Dikatakan, tema ini mengandung makna bahwa kita mesti membuka diri dan membiasakan diri dengan kehidupan new normal. Dengan kata lain, open border mengandung makna membiasakan kehidupan baru dengan membuka hati dan beradaptasi dengan lingkungan.
Selain diskusi seni dan budaya, dalam kegiatan tersebut dimeriahkan dengan performance art, pembacaan puisi, art action, video screening dan gerakan lingkungan. Kegatan ini dibuka Bendesa Adat Desa Pekraman Apuan, I Ketut Murtana, S.Sn. yang sekaligus seniman.
Lulusan ISI Denpasar ini juga memberi sarasehan singkat mengenai kesenian dan kebudayaan yang berkembang di Desa Apuan. Sejumlah seniman juga hadir berbagi pengetahuan seni dan pengalaman berkesenian, di antaranya I Made Bakti Wiyasa, Iwan Wijono yang Ketua Performance Art Yogyakarta berbagi pengalamannya berkeliling dunia dengan kegiatan berkesenian. I Wayan Tastra, dalang wayang kulit dari Banjar Apuan berbagi pengalaman menjadi seniman dalang secara otodidak.
Aktivis lingkungan, I Ketut Sudarwata berbicara tentang gerakan lingkungan, Jedink Alexander berbicara mengenai proses kreatifnya di era digital, Made Adnyana Ole bicara tentang proses kreatif dalam penulisan kegiatan seni.
‘’Selain itu ada performance art, pemuteran video karya kreativitas seniman, art action dan lain sebaginya,’’ kata Surya Darma.
Kegiatan ini dilakukan secara gotong royong dengan Desa Adat Apuan, seniman, akademisi, budayawan, aktivis lingkungan, penggiat UMKM, petani, dan sekaa teruna setempat.